Senin, 18 Juni 2012

Kebudayaan Karapan Sapi



Karapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.
Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya. Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.
Bagi masyarakat Madura, Kerapan dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang membanggakan, kerapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan; peran magis religious; misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu yang digunakan sebagai kepercayaan untuk menang. Karena, terdapat seorang dukun yang akan mengusahakannya. Pada setiap tim pasti memiliki seorang dukun sebagai tim ahli untuk memenangkan perlombaan.
Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang Karapan Sapi merupakan agenda wajib yang akan selalu ramai didatangi, baik oleh turis lokal maupun internasional. Adanya anemo masyarakat akan upacara ini sangat besar dan bisa menjadi bukti akan kayanya kebudayaan di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Karapan Cow is a distinctive event in the title of the Madurese community every year in August or September, and will in lombakan again in the final at the end of September or October. Cows on Karapan this, there is a jockey and two head of cattle are being forced to run as fast as possible to the finish line. The jockey pulled up a sort of wooden train and control the motion of running cattle. Racetrack length of approximately 100 meters and takes place within 10 seconds to 1 minute.
In addition to the perlombakan, karapan cow is also a festival event and tradition that can raise the prestige and social status. For those who want to follow the race karapan cattle, have to spend quite a bit to train and care for the cows that will be contested before. To form the body of a cow that will come karapan to be healthy and strong, will cost up to Rp 4 million per pairs of cattle for food and other maintenance. Karapan cows given various herbs and dozens of eggs per day, let alone competed in the arena before karapan.
For the people of Madura, Kerapan executed after a successful reaping the harvest of rice or tobacco. For now, other than as a venue that boasts, kerapan cows also have a role in various fields. For example in economics, namely as an opportunity for people to sell; the role of religious magic; example of certain calculations for the owner of the cow before the match and the presence of certain spells that are used as the confidence to win. Because, there is a shaman who will work on that. On each team must have a shaman as an expert team to win the race.
Karapan procession beginning of this cow is a cow couples paraded around the track with gamelan accompaniment of Madura, which is Saronen. The first round is the determination of the winning and losing groups. The second half is the determination of the defeated champion, was the third round is the determination to win the championship. President of the trophy given to winners only win the Cow Karapan a mandatory agenda that will always crowded visited by both local and international tourists. Anemo the ceremony there will be very large and could be evidence of a wealth of culture in Indonesia, especially in East Java.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar